malaikat kecil

malaikat kecil
banyak waktu yang terbunuh, terbuang percuma tak percuma. Terkadang dirimu terabaikan, oh malaikat kecilku. Kini sedikit waktuku kuberikan untukmu, walau ku tau, waktu ini takkan bisa membayar waktu yang telah terbunuh dan terbuang. Maafkan aku wahai malaikat kecil ku. Satu hal yang perlu kau ketahui, aku begitu menyanyangi mu, kini kau telah menjadi inspirasi dalam setiap nafasku, dalam setiap pikiranku, setiap langkah dan gerakku.

Selasa, 26 Januari 2010

Dua Kata yang Aneh

seulas senyum indah
menghiasi wajah seorang pemuda
ada perasaan legah
yang membuat dia sanggup mengukir senyum dipagi hari.

Ia menghampiri ibunya
yang sedang sibuk dengan kegiatan rutin didapur.
"emak" ujar sang pemuda
aku sudah menyelesaikan semua
semua kerajinan tanganku
dan akan segerah kujual dipasar pagi ini
Bunga-bunga dari pelepah pisang,
yang telah kuwarnai ini akan kujual sepuluh ribu satu tangkai
dan aku akan mendapatkan keuntungan empat ribu dalam satu tangkainya.
Sementara mobil-mobilan serta motor-motoran dari kayu ini
akan ku jual empat puluh ribu.
Dan aku akan mendapat keuntungan lima belas ribu
Aku rasa ini keuntungan yang cukup
untuk membayar waktuku
yang telah kuluangkan selama dua minggu
untuk membuat semua ini".

Sang ibu tersenyum,
dan pastinya ada sebait doa dalam hatinya
Seorang ibu yang sebenarnya masih cukup muda
namun dia harus rela wajah dan tubuhnya terlihat lebih tua dari usianya.

Kini mereka pun menjalankan aktivitas masing-masing.
Sang pemuda menuju kepasar,
dan sang ibu melangkahkan kakinya
menuju sawah munggil yang berada tepat disebelah pondok
pondok tempat mereka beristirahat dari kelelahan.

Sawah yang tak seberapa luasnya
tetap dipertahankan sang ibu
walaupun sudah ada yang ingin membeli
dengan harga yang sangat tinggi
untuk memperluas area perumahan mewah
namun sang ibu tak ingin memberikannya dengan nilai berapa pun.
Alasannya sangat sederhana
Karena ia masih ingin menelan setiap nasi
yang dia dan anaknya santap
dari padi yang berasal dari tanah negeri ini.

Menjelang petang,
sang ibu melihat anak semata wayangnya
pulang dengan wajah suram, lelah dan letih.
"segelas air putih ini dapat menghilangkan lelahmu"
ujarnya sambil tersenyum dan mengusap kepala anaknya

"emak, tak ada satupun kerajinanku dibeli"
ujar pemuda dengan wajah memelas.

"Rejeki itu datang dari Gusti Allah,
kita manusia harus terus berusaha,
dan janganlah memperbanyak keluhan"
Jawaban ibu yang penuh nasehat.

"Orang-orang bilang, barang yang ku jual terlalu mahal mak,
aku sudah berusaha menurunkan harga jualnya,
tapi tetap dibilang masih mahal.
Yang aku heran lagi, memang ada penjual,
yang menjual barang-barang yang sama dengan buatan ku
dengan harga jauh lebih murah,
aku heran mengapa bisa mak?
tetapi memang barang yang aku tawarkan lebih rapih mak"

sang ibu dengan iklas mendengarkan kekecewaan anaknya.
"oohhh.... kok bisa yah nak?" ujarnya

"Iya mak, kata mereka barang-barang murah ini,
mereka dapatkan dari pemasok barang.
Nah semua barang itu, datangnya bukan dari sini mak,
tapi dari luar negeri, katanya negeri tetangga mak.
Nama negaranya itu kalau tidak salah china mak"

"ooooohhhh....begitu, dari china yah"
kembali sang ibu hanya menjawab singkat,
dan tetap memberikan sentuan sayangnya pada sianak
seraya memberikan semangat dan kesabaran untuk buah hatinya.

"Kok bisa yah mak,
mereka buat dengan harga yang sangat murah begitu?
kata temanku yang masih sekolah mak,
itu namanya perdagangan bebas mak.
Emak tahu artinya mak?"

"yah, mungkin maksudnya dagang yang bebas nak,
yang tidak pakai aturan begitu"
Sang ibu mencoba menjawab sekenanya,
karena dia pun tak tau arti dari dua kata itu.
jangankan untuk mengerti,
sekolah dasar pun tak dapat dia tamatkan.

Dia pun beranjak,
dan meminta anaknya untuk membersihkan diri,
karena menghadap Ilahi itu lebih penting,
dari pada membahas dua kata yang aneh itu.

Meja Kerja, 27.01.10

Tidak ada komentar: