Malam ini berjalan setelah lalui siang
Kegundahan hati, kegalauan jiwa terus menyelimuti, setelah derasnya tetesan air mata, tak pula membuat semua berlalu.
Bak
bangunan yang telah berubah menjadi puing puing, dan mencoba kembali
ditata dalam bentuk nan indah,
namun takkan bisa kembali dalam sekejap
mata.
Ternyata imanku tak lebih tebal dari sutra
Kekuatanku tak lebih kuat dari kawat.
Manusia budak syetan,
mungkin aku telah berada didalam kelompok ini.
Terfikir, terbesit hanya duniawi yang sesaat.
Tak ada keberanian yang dapat diandalkan dan dapat membanggakan dimata Tuhan dalam meraih akhirat, kehidupan kekal.
Ingin membenci, ingin memaki, ingin marah, ingin mendendam pada dia, dia dan dia.....
Namun, sikap itu lebih layak ditujukan pada diri ini.
Diri yang lemah, tak memiliki kekuatan, penuh dengan ketakberdayaan, terselimuti kebodohan, dan kenaifan.
Diri yang tak pantas untuk dicintai Tuhan dan Rosul.....
Masih
pantaskah berharap karunia dan rahmat-Nya,
masih pantaskah mengharap
kedamaian jiwa,
masih pantaskah mengharap keridhoan dalam menitih
kehidupan, masih pantaskah mengharapkan surga Mu, walau ditepian....?
Rasanya malu meminta, sementara membela kebenaran dijalan Mu saja, diri ini tak lebih hebat dari seekor keledai.
Bagai air, diri ini mengalir, hanya mengikuti arus, tanpa tahu arah.
Menjalani yang ada dihadapan tanpa tahu tujuan.
Masih dalam kegalauan, masih dalam penyesalan, masih dalam kebodohan, masih dalam keterpurukan........
Kini, diam dan air mata menjadi sahabat diri yang setia.................
22 Mei 2011 jam 00:58